Sejarah dibuat oleh manusia. Dia adalah aktor di dalam drama yang telah berlangsung tanpa henti selama ratusan ribu tahun, semenjak ia beranjak berdiri keluar dari hutan belantara Afrika ke ladang savana yang luas, dan lalu menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dengan berdiri tegak, tangannya terbebaskan untuk melakukan kerja yang tak mampu dilakukan sepupu keranya. Dengan kedua tangannya ini, dibangunlah peradaban-peradaban megah dan bangunan-bangunan raksasa: dari Piramida Mesir, Tembok Raksasa China, sampai Borobudur Indonesia.
Manusia bukanlah makhluk-makhluk yang pasrah tak berdaya di hadapan apa yang kerap disebut “suratan takdir”. Namun ia juga tidak bisa sekehendak hatinya mengubah sejarah. Marx mengatakan:
“Manusia membuat sejarah mereka sendiri, tetapi mereka tidak membuatnya sekehendak hati mereka; mereka tidak membuatnya di bawah situasi-situasi yang dipilih oleh mereka sendiri, tetapi di bawah situasi-situasi yang sudah ada, yang ditentukan dan ditransmisikan dari masa lalu.”
Jadi manusia hanya bisa mengubah sejarah dalam batasan-batasan yang ada pada saat itu. Bila pada tahun 1845, seratus tahun sebelum proklamasi 1945, ada seorang Soekarno, maka dia pun tidak akan bisa memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1845. Seluruh peristiwa dari 1845 hingga 1945, yakni dari munculnya pemikir besar Marx dan Engels, Revolusi Rusia 1917, lahirnya PKI dan kegagalan pemberontakan 1926, lalu sampai Perang Dunia I dan II, semua ini harus terjadi terlebih dahulu untuk menyiapkan segala kondisi yang memungkinkan seorang yang bernama Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 untuk memproklamirkan kemerdekaan kita.
Sejarah yang digambarkan oleh kelas penguasa sampai hari ini selalu adalah sejarah orang-orang besar. Di dalam pikiran mereka, sejarah digerakkan oleh segelintir orang saja: pemikir-pemikir ulung, pemimpin-pemimpin besar, orator-orator karismatik. Sejarah adalah ciptaan dari gagasan-gagasan yang ada di pikiran orang-orang besar ini. Mereka mendapatkan ilham yang begitu hebatnya sehingga menggerakkan sejarah. Napoleon Bonaparte menjadi kaisar Prancis yang menguasai hampir seluruh Eropa karena kejeniusan perangnya. Perang Dunia II terjadi karena sosok Hilter dengan pemikiran-pemikiran fasisnya, yang tertuang di bukuMein Kampf. Revolusi Oktober di Rusia adalah karena Lenin seorang dengan kemampuannya memahami Marxisme. Di dalam sejarahnya kaum penguasa, rakyat jelata tidak memainkan peran sama sekali. Mereka bukan faktor. Mereka hanyalah domba-domba yang mengikuti pemimpin mereka. Dan kalaupun mereka memainkan peran, hanya sebagai sekumpulan orang liar yang melakukan kerusuhan.
Materialisme Historis menjungkirbalikkan sejarah kaum penguasa, bahwa rakyat jelatalah aktor utama di dalam perubahan sejarah. Kalaupun ada figur-figur pemimpin, ia tidak lain adalah pengejawantahan dari kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Materialisme Historis tidak menyangkal peran individu di dalam sejarah, tetapi meletakkannya dalam konteks kondisi masyarakat yang ada saat itu, dalam hubungannya yang dialektis.
Bila manusia membuat sejarah mereka sendiri, maka pada analisa terakhir ia melakukannya dengan satu-satunya cara ia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, yakni dengan kerjanya (labour). Dalam karyanya, Peranan yang Dimainkan oleh Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia, Engels menulis bahwa “kerja itu sendiri yang menciptakan manusia”.
Lewat proses evolusi yang berlangsung jutaan tahun, manusia akhirnya memisahkan dirinya dari binatang. Inilah perubahan dari kuantitas menjadi kualitas, di mana evolusi selama jutaan tahun (perubahan kuantitas) akhirnya berubah menjadi perubahan kualitas, yakni dalam tubuh manusia, seorang binatang yang sadar dan dapat melakukan kerja. Manusia memisahkan dirinya dari binatang lainnya dengan kemampuannya melakukan kerja dengan sadar. Dengan kedua tangannya yang bebas karena berdiri tegak dan otot-otot jari yang luwes yang dapat melakukan berbagai macam operasi yang rumit, manusia dapat mengubah alam di sekitarnya. Ia dapat membuat api, kapak batu, dan berbagai perkakas dari logam, yang digunakannya untuk mengendalikan alam demi kelestarian dirinya. Manusia memulai sejarahnya sebagai sebuah spesies dengan kerjanya atau modus produksinya. Oleh karenanya, sejarah manusia ditentukan oleh kerja, oleh modus produksi manusia itu sendiri. Inilah konsepsi utama dari Materialisme Historis, yang ditulis oleh Engels seperti berikut ini:
“Konsepsi materialis tentang sejarah dimulai dari proposisi bahwa produksi kebutuhan-kebutuhan untuk mendukung kehidupan manusia dan, di samping produksi, pertukaran barang-barang yang diproduksi, merupakan dasar dari semua struktur masyarakat; bahwa dalam setiap masyarakat yang telah muncul dalam sejarah, cara kekayaan didistribusi dan cara masyarakat dibagi ke dalam kelas-kelas atau tatanan-tatanan bergantung pada apa yang diproduksi, bagaimana itu diproduksi, dan bagaimana produk-produk itu dipertukarkan. Dari sudut pandang ini, sebab-sebab akhir dari semua perubahan sosial dan revolusi-revolusi politis mesti dicari, tidak dalam benak-benak manusia, tidak dalam wawasan manusia yang lebih baik akan kebenaran dan keadilan abadi, tetapi di dalam perubahan-perubahan dalam cara-cara produksi dan pertukaran. Itu semua mesti dicari, tidak dalam filsafat tetapi di dalam perekonomian satu epos tertentu.” (Engels, Anti Dühring)
Keluar dari hutan dan menuju padang rumput luas, manusia memulai sejarahnya, dari komunisme primitif sampai kapitalisme hari ini.

0 komentar:
Posting Komentar